Jumat, 29 Juni 2012

MENGAPA AMERIKA SERIKAT MATI - MATIAN MENDUKUNG ISRAEL???



   Rahasia di Balik Dukungan AS kepada Israel. Mungkin bagi banyak orang merupakan sebuah pertanyaan yang mengusik, yaitu mengapa Amerika Serikat (AS) selalu mendukung Rezim Zionis Israel dalam semua tindakan dan melindunginya dari kecaman lembaga-lembaga internasional? Akibat perlindungan dan dukungan ini, Israel tidak pernah enggan untuk melakukan kejahatan apapun juga khususnya terhadap rakyat Palestina. Lebih dari itu, Israel menjelma menjadi rezim yang tidak pernah mengindahkan satupun aturan internasional. 
   
  Dalam 30 tahun terakhir, terlebih setelah Inggris kehilangan kebesarannya di pentas internasional, AS tampil sebagai pelindung dan pengayom kaum Zionis dan rezim Israel. Dukungan itu ditunjukkan dengan mengalirkan bantuan yang semakin hari jumlahnya semakin membesar. Setiap tahunnya, AS menyisihkan milyaran dolar untuk membantu  Israel dengan keuangan, persenjataan dan lainnya. 
   
  Di tengah masyarakat AS sendiri bantuan mutlak Washington kepada Tel Aviv digugat. Sebagian mempertanyakan apakah AS tidak dapat lepas untuk mengakhiri dukungan mutlak ini ataukah mampu tetapi tak mau? Jawaban pertanyaan ini sangat erat kaitannya dengan kondisi dan posisi kaum Yahudi di tengah masyarakat di AS khususnya mereka yang tergabung dalam organisasi Zionisme internasional. 
   

Dalam membahas masalah ini, ada satu poin yang tak harus dilewatkan begitu saja, yaitu bahwa kebanyakan orang Yahudi Eropa yang hijrah ke AS adalah Yahudi dari kalangan elit, terpelajar dan kaya. Dengan latar belakang yang demikian, masyarakat Yahudi ini dengan cepat merebut posisi-posisi sosial dan politik yang penting di AS. Posisi dan kedudukan mereka semakin hari semakin menguat sehingga berhasil merebut kendali pemerintah dan negara sebesar AS. Artinya, setiap langkah AS disetir oleh kalangan Yahudi yang lazim disebut lobi.
   
  Doktor Fereshteh Nourai, cendekiawan Iran dalam sebuah kajian berjudul, “Sejarah Perkembangan Sosial dan Politik di AS” membenarkan hal tersebut. Dia menambahkan, “Pada zaman itu, banyak orang Eropa yang tertarik untuk berhijrah ke Amerika karena tanahnya yang subur. Kebanyakan mereka memiliki kekayaan yang cukup besar. Ribuan orang dari Eropa dengan berbagai dalih memilih untuk berpindah ke negeri baru ini. Untuk kalangan Yahudi yang merasa dibenci di Eropa, mereka merasa bahwa benua Amerika yang baru ditemukan adalah negeri yang paling tepat untuk berhijrah.”
   
  Poin penting dalam pembahasan ini adalah besarnya dorongan untuk berhijrah ke Amerika erat kaitannya dengan kondisi kehidupan kapitalisme di Eropa, terlebih pada abad 17. Dengan lahirnya pemerintahan di benua Amerika, khususnya di bagian utara dan tengah benua itu, kelompok-kelompok agamis pengikut agama Kristen Protestan dan Yahudi berduyun-duyun hijrah ke sana. Mereka berharap, perpindahan ke negeri baru ini akan memberikan keuntungan materi yang lebih besar kepada mereka. 
   
  Bagi orang-orang Yahudi, terbukanya pintu untuk hijrah ke Amerika adalah berkah tersendiri. Sebab selama berabad-abad mereka hidup di Eropa di tengah masyarakat yang selalu menganggap kaum Yahudi sebagai orang-orang pembawa sial. Jika terjadi kemalangan dan keburukan masyarakat Eropa selalu menuding orang-orang Yahudi sebagai penyebabnya. Yahudi Eropa umumnya menjalankan 
aktivitas ekonomi yang tidak sehat. Mereka menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekayaan berlimpah. Praktek renten atau riba, juga penimbunan barang-barang kebutuhan pokok bukan hal yang haram bagi mereka. Karenanya, wajar jika bangsa-bangsa Eropa membenci kaum Yahudi.

  Hidup di tengah masyarakat dan bangsa yang membenci mereka membuat orang-orang Yahudi terkucilkan. Untuk itu terbukanya jalan ke Amerika, tidak mereka sia-siakan. Penemuan benua baru dimanfaatkan oleh kalangan Yahudi yang kaya dan berpendidikan untuk berhijrah. Dengan latar belakang kekayaan, pendidikan dan kepandaian tersebut, orang-orang Yahudi memperoleh posisi penting dan strategis di negeri yang baru. Lebih dari itu, mereka juga berhasil merebut kendali pemerintahan di sana. 
   
  Di bagian lain, kelompok protestan Eropa juga melirik benua baru ini. Dengan berhijrah ke Amerika, para penganut Protestan ini berpikir untuk membentuk struktur sosial kemasyarakatan didasarkan pada pembagian negeri. Struktur ini pualah yang dikemudian hari menjadi dasar pemerintahan dan tatanan politik di Amerika. 
   
  Dibanding imigran yang berdatangan ke Amerika dari Jerman, Irlandia, Cheko, Polandia, Italia, Slovakia, Latvia dan lainnya, jumlah imigran Yahudi memang minoritas. Tetapi mereka dengan cepat menduduki pos-pos penting dan strategis. Urat nadi perekonomian di Amerika juga jatuh ke dalam genggaman mereka. Pada 
tahap berikutnya, mereka lah yang lantas menyusun undang-undang dan hukum di negeri baru ini sesuai dengan kepentingan mereka. 
   
  Ketika sistem federasi di Amerika ditetapkan, imigran Yahudi Eropa yang umumnya berpendidikan dan kaya, bergerak cepat untuk menguasai posisi-posisi penting di berbagai negara bagian. Dengan demikian, mereka memiliki pengaruh kunci di negara Amerika Serikat ini. Pengaruh ini sedemikian kuat sehingga 
meski jumlah Yahudi di sana sangat kecil, tetapi mereka memegang kendali di negara ini.
   
  Munculnya ide Theodor Herzl tentang zionisme, kaum Yahudi di AS menunjukkan dukungan yang luar biasa. Mereka memanfaatkan pengaruh Yahudi di AS untuk membantu Zionisme. Yahudi AS beberapa kali menjadi tuan rumah penyelenggaraan konferensi zionisme dunia. Inggris sebagai negara imperialis besar di zaman itu, ikut memberikan bantuan kepada Zionis. Dengan menipu dan terkadang menekan para pemimpin Arab, Inggris membuka jalan bagi orang-orang Yahudi untuk hijrah ke Palestina. 
   
  Selama menjajah Palestina, koloni Inggris sengaja memanfaatkan orang-orang Yahudi ekstrem untuk membantu menumpas gerakan perlawanan rakyat Paletina. Lambat laun, Yahudi Zionis di Palestina semakin kuat dan mereka juga telah memiliki barisan tentara. Tahun 1948, sehari setelah Inggris keluar dari Palestina, orang-orang Zionis mengumumkan berdirinya negara Yahudi di sana yang mereka namakan Israel. Berdirinya rezim ilegal ini juga dibarengi dengan pembantaian massal dan pengusiran rakyat Palestina dari negeri mereka.
   
  Yang jelas, Yahudi sebagai agama tentu tidak menghalalkan praktik-praktik yang dijalankan Zionis. Karena itu bisa dikatakan bahwa Zionisme adalah ide yang didukung oleh orang-orang Yahudi ekstrem yang mengemas kepentingan dunia dengan kedok agama. Yahudi yang memiliki pengaruh kuat di AS, umumnya berasal dari kelompok ekstrem dan Zionis yang ikut membidani kelahiran rezim Israel. Mereka yang lazim disebut lobby Yahudi Zionis adalah kelompok yang sejak kelahiran Amerika Serikat telah memegang kendali di negara itu. 
   
  Memperhatikan penjelasan tadi, tak salah jika banyak orang Yahudi yang meyakini Israel bukan negeri yang terpisah dari AS, bahkan lebih dari itu, sistem pemerintahan di Israel tidak dapat dipisahkan dari AS. Dengan kata lain, pemerintah AS tidak dapat melepaskan Rezim Zionis Israel dari dukungannya. Sebab, Konstitusi AS disusun untuk kepentingan kaum Yahudi ekstrem dan Israel adalah negeri orang-orang ekstrem tersebut.

6 komentar:

  1. Di AS, Populasi Umat Islam Lebih Banyak Ketimbang Yahudi, Tapi...Karena Kepandaiannya Mereka Menguasai Parlemen, Tak Heran Segala Kebijakan AS Tergantung Lobi Yahudi... Makanya Umat Islam Harus Belajar...belajar...dan Belajar.

    BalasHapus
  2. Amerika = Yahudi = Israel ( itu garis besar kenyataan yang ada )
    Maka dari itu mampukah Islam menaklukan Amerika seperti bangsa Yahudi yg bisa menaklukan amerika?

    BalasHapus
  3. Kalau mau merubah sistem masuklah ke sistem itu sendiri...

    BalasHapus
  4. Israel dan amerika telah di jelaskan di al qur'an q.s.al baqarah ayat 40s.d.42.karena mereka itu bani israil.mereka mengira islam adalah agama yang berbahaya.

    BalasHapus
  5. Alkitab telah mengatakan: Bangsa Israel ialah bangsa pilihan Tuhan, dan Israel ialah bangsa terpintar di Dunia, jd tidak salah bagaimana kecersasan dan ketangkasan mereka sampai sekarang. Jika Atheisme berkata bahwa orang yg beragama itu bagaikan orang ketergantungan obat-obatan dan jadi bodoh, bagaimana dengan bangsa Yahudi yang begitu sangat taat beragama dan terbukti terpintar di Dunia??. Namun hanya satu nampaknya kelemahan yg Tuhan sebutkan melalui Alkitab, yaitu mereka tidak bisa beejumlah populasi banyak, oleh karena itulah penduduk Yahudi tidak begitu banyak sampai sekarang, terimakasih

    BalasHapus